Sultan Mosque Singapore : Masjid Bersejarah di Singapura
- September 06, 2017
- By Arry Wastuti
- 0 Comments
Minggu lalu si PakSu (= Pak Suami) pergi ke Singapura sendiri dan menyempatkan diri shalat dzuhur di Masjid Sultan. Saat kami bertiga traveling ke Singapura tahun lalu, kami hanya sempat memandang masjid ini dari seberang jalan saja. Saya sendiri penasaran seperti apa bagian bagian dalam masjid ini. Tapi waktu yang terbatas membuat kami tidak sempat mampir dan masuk ke dalam masjid bersejarah ini. Untungnya kali ini PakSu bisa mampir ke sana dan bisa berbagi cerita.
Kubah masjid ini dari kejauhan terlihat begitu menyolok. Warna emasnya terlihat berkilau saat tertimpa sinar matahari siang yang terik. Menurut Om Wikipedia, masjid yang dibangun pada tahun 1826 ini merupakan masjid pertama di Singapura. Sebelum direnovasi pada tahun 1920an, atap masjid ini berbentuk atap limas tiga susun, seperti masjid-masjid tua di Indonesia pada umumnya. Salahsatu masjid tua di Jogja yang masih menggunakan atap limas adalah Masjid Gedhe Kauman. Setelah renovasi, atap Masjid Sultan diganti menjadi kubah seperti yang terlihat sampai saat ini.
Penampakan Masjid Sultan dilihat dari arah North Bridge Road |
Di sekitar Masjid Sultan banyak terdapat resto dan toko suvenir |
Memasuki area masjid, di bagian depan terdapat Sultan Mosque Mini Gallery, semacam pusat informasi mengenai Masjid Sultan dan informasi keislaman lainnya. Di Mini Gallery ini terlihat ada abaya dan sarung yang digantung di gantungan baju. Ternyata ini diperuntukkan untuk pengunjung non muslim. Untuk yang perempuan dipersilakan memakai abaya dan yang laki-laki dipersilakan memakai sarung. Jam kunjung Masjid Sultan untuk pengunjung non muslim adalah pk.10.00-12.00 dan pk.14.00-16.00 (Senin-Kamis), dan pk.14.30-16.00 (Jumat).
Abaya dan sarung yang dipinjamkan ke pengunjung non muslim |
Sultan Mosque Mini Gallery |
Di Mini Gallery ini ada petugas yang menjaga sekaligus menjadi guide. Salahsatu petugas yang bertugas hari itu bernama Rasyid, yang ternyata neneknya berasal dari Semarang. Para petugas ini rupanya adalah para volunteer. Rasyid sendiri sehari-hari berprofesi sebagai guru bahasa Inggris.
Rasyid (berbaju hijau, membelakangi kamera), salahsatu volunteer yang bertugas hari itu di Sultan Mosque Mini Gallery |
Pengunjung non muslim dipersilakan melapisi pakaiannya dengan abaya untuk pengunjung perempuan dan sarung untuk pengunjung laki-laki |
Area wudhu laki-laki. Di sebelah kanan foto merupakan area wudhu dengan bangku. |
Area shalat jemaah laki-laki terletak di lantai bawah, sementara area shalat untuk jemaah perempuan letaknya di lantai atas. Untuk pengunjung non muslim tidak diperbolehkan memasuki area shalat utama, namun diijinkan masuk ke ruangan-ruangan samping dan di area sekitar Sultan Mosque Mini Gallery.
Lantai di bagian dalam masjid dilapisi karpet tebal. Udara di dalam masjid terasa adem, berkat langit-langit yang tinggi dan keberadaan banyak kipas angin besar di langit-langit. Sungguh kontras dengan cuaca di luar masjid yang menurut PakSu panas banget.
Area shalat jemaah laki-laki di dalam Masjid Sultan |
Gerbang Masjid Sultan. Difoto dari arah masjid. |
Duh, melihat foto-foto PakSu yang dikirim lewat WA, saya jadi mupeng berat, pengen banget ke Masjid Sultan (dan juga ke Zam Zam Restaurant lagi, soalnya masih penasaran belum nyicip nasi biryaninya. Hihi). Semoga ada rejekinya lagi, jadi kami bisa mengulang jalan-jalan seru ke negeri singa ini. Dan Masjid Sultan harus masuk ke dalam daftar kunjung nih.
- arry -
Sultan Mosque
3 Muscat Street, Singapore
Website : http://sultanmosque.sg
0 komentar
Komentar Anda dimoderasi. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya :)
Silakan tinggalkan pesan di kolom komentar dan saya akan membalasnya. Sering-sering berkunjung ya, untuk mengecek dan membaca artikel lainnya di blog ini. Terima kasih. Maturnuwun. Thank you. Danke.