Beberapa
waktu lalu saat liburan sekolah kami berlibur di Bandung dan menginap
di rumah mertua saya di Sarijadi. Pagi itu saya dan Si Ayah berniat
jalan pagi di sekitaran rumah.
"Nanti pulangnya kita ke surabi Ma Euceung yuk."
Saya
pun mengiyakan ajakan Si Ayah. Sebelum pulang, kami pun mampir di
warung surabi tersebut. Si Ayah sih sudah beberapa kali ke sini, kalau
saya baru kali ini. Pernah makan surabi ini saat dibawakan Si Ayah, tapi
makan langsung di tempat ternyata lebih endessss.
Saat
kami datang, kami satu-satunya pengunjung di situ. Namun pengunjung
yang sepi ternyata berbanding terbalik dengan aktifitas produksi di
warung tersebut. Terlihat dua
orang sedang sibuk membuat surabi. Selidik punya selidik, ternyata
mereka berdua sedang sibuk membuat surabi-surabi yang dipesan
pelanggannya via SMS. Untungnya sudah ada beberapa surabi matang yang
tersedia untuk santap di tempat.
Saya
mengambil surabi oncom serundeng dan menaruhnya di atas piring plastik.
Si Teteh pemilik warung menyarankan saya untuk menambahkan kinca di
atas surabi saya. Kinca adalah kuah manis kental terbuat dari gula merah
dan diberi parutan kelapa. Awalnya saya ragu, apa ya enak oncom pedas
dipadu dengan kinca yang manis? Tapi saya coba juga saran Si Teteh dan
menaruh sedikit kinca di pinggir piring untuk cocolan. Eh ternyata
beneran enak lho! Si Teteh senyum-senyum melihat ekspresi senang saya
saat mencicip surabi tersebut.
"Tuh kan kata saya juga enak. Jadi manis pedes kan."
"Iya ya Teh, enak rasanya. Jadi kayak nano-nano."
Kami pun tertawa bersama. Lalu suasana menjadi cair, kami pun mengobrol panjang lebar tentang warung Si Teteh. Lebih tepatnya saya bertanya - Teteh menjawab sih. Trus Si Ayah? Seperti biasa dia lebih suka aktifitas mengunyah dibanding ngomong. Hahaha.
Si
Teteh pemilik warung surabi ini bernama Teti dan mas-mas di sebelahnya
bernama Udin. Udin adalah adik ipar Teh Teti. Udin dan suami Teh Teti
adalah cucu adik Ma Euceung. Ma Euceung mulai berjualan surabi sejak
tahun 1976. Sejak Ma Euceung meninggal setahun yang lalu, Teh Teti dan
Udin yang meneruskan usahanya.
"Anak
cucunya Ma Euceung mah nggak ada yang mau jualan surabi, capek katanya.
Jadi cucu-cucu adiknya aja yang nerusin usahanya."
Udin
sendiri sejak kecil sudah ikut Ma Euceung berjualan surabi, mulai dari
lokasi warung di Jl.Gegerkalong, lalu pindah ke Jl.Setra Murni, pindah
lagi ke Jl.Setrasari Kulon I, dan sejak 2009 menempati lokasi yang sekarang, sebuah tanah kosong di Jl.Setrasari Kulon V. Menurut Teh Teti warung yang mereka dirikan di lahan kosong
itu atas seijin pemilik lahan dan mereka tidak perlu menyewa. Pemilik
lahan hanya meminta mereka menjaga kebersihan lahannya dan memotong rumputnya jika sudah tinggi.
Sambil mendengarkan cerita Teh Teti saya mengunyah "surabi nano-nano" yang endes banget itu. Paduan oncom pedas, serundeng gurih, dan kinca yang manis, terasa pas di lidah. Selain surabi nano-nano kami memesan surabi telur oncom. Kalau saya sih lebih suka surabi yang tanpa telur. Kalau yang surabi telur di hidung saya masih tercium bau amisnya.
Warung surabi Ma Euceung buka setiap hari kecuali hari Jumat. Jam bukanya mulai jam 06.00 dan tutup ketika adonan surabi sudah habis. Menurut Teh Teti biasanya sekitar jam 09.00 warungnya sudah
tutup. Harga surabi di warung ini sangat terjangkau Untuk surabi tanpa
telur harganya antara Rp.3.000-Rp.4.000 dan yang pakai telur antara Rp.6.000-Rp.7.500.
Surabi hangat manis pedas sangat pas disantap sambil menikmati suhu udara Bandung utara yang dingin di pagi hari. Jika
ingin mencicipi surabi Ma Euceung, saran saya makanlah di tempat.
Surabi yang disantap langsung sesaat setelah matang masih tercium aroma
kayu bakarnya. Kalau saya sih suka sekali aroma seperti ini.
- arry -
Udin dan Teh Teti, penerus usaha surabi Ma Euceung |
Surabi nano-nano yang endessss. Kincanya saya taruh di pinggir untuk cocolan. |
Cara memasaknya masih tradisional dengan menggunakan kayu bakar |
- arry -
Surabi Ma Euceung
Jl. Setrasari Kulon V, Bandung
Jam buka : 06.00 - 09.00
Buka setiap hari, kecuali Jumat
Harga : mulai Rp.3.000
2 komentar
Surabi kesukaan istri nih. Terima kasih sudah nambah referensi jajanan di bandung
BalasHapusNext time main ke Bandung, ini patut dicoba, mas ;)
HapusKomentar Anda dimoderasi. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya :)
Silakan tinggalkan pesan di kolom komentar dan saya akan membalasnya. Sering-sering berkunjung ya, untuk mengecek dan membaca artikel lainnya di blog ini. Terima kasih. Maturnuwun. Thank you. Danke.