Menikmati Cilacap Dari Sisi Lain : Wisata Naik Kapal Di Malam Minggu
- Agustus 17, 2018
- By Arry Wastuti
- 28 Comments
Senja di Pelabuhan Sleko, Cilacap. |
Di penghujung bulan Maret lalu kami berkunjung ke Cilacap dalam rangka si PakSu dan beberapa teman SD-nya bikin reuni kecil. Seru ya, mereka berteman dari zaman masih piyik sampai sekarang, dan masih kompak. Di Cilacap kami sempat mencoba wisata naik kapal di malam hari. Atraksi wisata ini cukup menarik, bahkan untuk teman-teman si PakSu yang tinggal di Cilacap sendiri, karena mereka juga belum pernah mencobanya :D
Wisata kapal malam hari ini menggunakan KM Jaya Sakti yang berkapasitas 80 orang. Dengan harga tiket Rp.30.000 kita bisa menikmati perjalanan naik kapal berkeliling di perairan Segara Anakan dan Nusakambangan selama 2 jam. Atraksi wisata ini hanya tersedia di hari Sabtu. Beberapa hari sebelumnya, teman yang tinggal di Cilacap sudah mengkordinir pembelian tiketnya karena kami berangkat rombongan. Untuk naik kapal ini tidak harus rombongan kok, penumpang individu juga dilayani. Pembelian tiketnya dilakukan di kantor KM Jaya Sakti yang lokasinya di kios parkiran Pelabuhan Sleko. Alamat dan no HP-nya saya cantumkan di bagian paling bawah artikel ini. Wisata kapal ini dimulai dari Pelabuhan Sleko dan berakhir di tempat yang sama.
Sejak pukul 17.00 kami sudah sampai di Pelabuhan Sleko, dan wisata kapal ini baru dimulai pukul 18.00. Rupanya sebelum kami sudah ada rombongan yang berwisata dengan KM Jaya Sakti ini, namun saya tidak tahu apakah rute perjalanan mereka sama dengan kami atau tidak. Karena kata teman kami, puncak wisata kapal ini adalah melihat pemandangan area unit pengolahan minyak Pertamina yang terang benderang terlihat indah di malam hari. Rombongan sebelum kami tentunya tidak bisa melihat pemandangan ini karena sore hari langit masih terang kan.
Naik ke atas kapal, rombongan kami langsung mengenakan life jacket yang disediakan awak kapal. Saya perhatikan, selain rombongan kami, penumpang lain tidak ada yang mengenakannya. Awak kapal hanya menghimbau penggunaan life jacket ini, tidak mewajibkannya. Kalau menurut saya sih perlengkapan safety seperti ini jika sudah disediakan ya sebaiknya dipakai saja. Apalagi dalam rombongan kami banyak anak-anak, jadi sekalian mengajarkan prinsip safety first ke mereka.
Dalam wisata kapal ini kami didampingi oleh seorang pemandu. Di awal tur pemandu menjelaskan bahwa nanti saat kami melihat spot yang menarik, dimohon untuk tidak berpindah tempat duduk ke salah satu sisi kapal hanya demi mendapatkan foto yang bagus. Hal ini bertujuan agar kapal tidak oleng karena tiba-tiba beban kapal tidak seimbang. Sekali lagi, keselamatan yang utama ya dibanding foto-foto bagus ;)
Kapal pun mulai bertolak dari Pelabuhan Sleko. Di pelabuhan ini terlihat ada beberapa kapal berukuran besar dan menengah yang sedang bersandar. Pemandu memberi penjelasan mengenai kapal-kapal tersebut. Ada kapal bunker yang mengangkut batu bara, lalu ada kapal tanker milik Pertamina, juga ada kapal berukuran lebih kecil yang berfungsi sebagai kapal penarik (tug boat). Di perairan yang dangkal, mesin kapal besar dimatikan lalu tug boat bertugas menarik kapal besar tersebut sampai ke pelabuhan. Sebagai orang yang tinggal dan dibesarkan di tempat yang jauh dari laut dan kawasan pantai, saya cukup terkesima melihat betapa besarnya kapal tanker dan kapal bunker yang saya lihat malam itu.
Kapal melaju dengan kecepatan sedang di atas perairan Segara Anakan yang tenang. Pemandu kami kembali menjelaskan aneka informasi yang berkaitan dengan pelabuhan, pesisir Cilacap, Pulau Nusakambangan, dsb. Banyak hal menarik yang saya dengar malam itu. Dari cerita pemandu saya jadi tahu kalau pelabuhan Cilacap memiliki peran strategis di selatan Jawa. Impor sapi dari Australia masuk ke Indonesia ternyata melalui pelabuhan Tanjung Intan Cilacap. Berbagai industri penting seperti minyak (Pertamina) dan semen (PT. Holcim Indonesia) yang ada di wilayah Cilacap juga memanfaatkan pelabuhan di Cilacap untuk arus keluar masuk bahan baku dan distribusi produknya. Dari segi pertahanan militer, Cilacap juga dianggap memiliki peran strategis. Maka tak heran bila TNI acapkali menggelar latihan militer di Cilacap. Saya jadi ingat waktu zaman SMA dulu, saya pernah ikut bapak saya dinas ke Cilacap untuk melihat latihan pendaratan pasukan di pantai Teluk Penyu.
Cilacap memiliki beberapa pelabuhan dengan fungsi yang berbeda-beda. Ada Pelabuhan Tanjung Intan yang merupakan pelabuhan besar tempat berlabuh kapal-kapal besar, lalu ada Pelabuhan Sleko yang terutama digunakan sebagai pelabuhan penyeberangan ke Kampung Laut, dan Pelabuhan Wijayapura yang khusus digunakan oleh kapal menuju lapas Nusakambangan. Saat kapal kami mendekati Pulau Nusakambangan, pemandu juga menjelaskan mengenai pulau yang terkenal sebagai lokasi lapas untuk narapidana kelas berat ini. Beberapa hukuman mati pernah dilaksanakan di lapas Nusakambangan. Setiap hari ada kapal milik Departemen Kehakiman yang bolak-balik Cilacap-Nusakambangan untuk mengangkut pegawai lapas pergi dan pulang kerja, dan juga untuk angkutan bahan logistik. Rute kapal ini hanya khusus dari Pelabuhan Wijayapura di Cilacap menuju Pelabuhan Sodong di Nusakambangan, dan sebaliknya.
Sayangnya, karena malam hari jadi daratan Nusakambangan tidak terlihat jelas. Kalau kata si PakSu, pantai di Nusakambangan bagus-bagus dan pasirnya putih. Kabarnya wisatawan diijinkan berwisata ke Nusakambangan di akhir pekan, karena memang ada beberapa obyek wisata di sana, berupa gua-gua dan pantai yang kata si PakSu bagus itu. Saya sebenarnya sudah lama berkeinginan mengunjungi pantai di Nusakambangan, tapi belum kesampean juga. Padahal kalau diingat-ingat ini sudah kali keempat saya ke Cilacap. Hadeh.
Menjauhi area Nusakambangan, kapal kami kembali menyusuri Segara Anakan dan kali ini menuju area kilang minyak Pertamina Refinery Unit IV. Menurut teman kami, inilah puncak tur wisata kapal ini. Kilang minyak Pertamina yang di malam hari nampak gemerlap terang benderang ini terlihat indah sekali dipandang dari arah lautan. Dari kejauhan sudah mulai terlihat kelap-kelip lampu di kilang minyak tersebut, dan kami pun bersiap-siap mengabadikan keindahannya. Untungnya para penumpang kapal malam itu cukup tertib dan mengingat dengan baik pesan awak kapal pada saat bertolak dari Pelabuhan Sleko. Hanya satu dua orang saja yang berpindah-pindah tempat duduk, mencari tempat strategis untuk memotret. Sebenarnya tanpa berpindah tempat duduk pun masing-masing sisi akan mendapat kesempatan yang sama untuk memotret. Ya, karena kapal berputar di area ini sehingga penumpang di sisi kanan dan kiri kapal akan mendapat jatah kesempatan yang sama.
Akhirnya tur kami pun berakhir. Kapal merapat di Pelabuhan Sleko setelah 2 jam membawa kami berkeliling. Sungguh sebuah pengalaman baru yang menyenangkan buat saya. Sedikit saran saja untuk pihak pengelola, bangku kapal sebaiknya diganti dengan bahan yang empuk. Duduk di bangku besi selama 2 jam itu cukup menyiksa, menurut saya. Kabarnya malah ada tur 4 jam dengan kapal yang sama, dengan rute sampai ke Kampung Laut. Duh, saya sih nggak kebayang kalau harus naik kapal itu selama 4 jam dengan bangku berbahan besi seperti sekarang. Lha wong 2 jam saja sudah bikin pinggang sakit dan pantat tepos. Hahaha. Semoga ke depannya pihak pengelola bisa lebih memperhatikan dan memperbaiki servisnya. Sayang kalau tidak diperbaiki, karena turnya sendiri sudah sangat bagus :)
- arry -
Kapal pun mulai bertolak dari Pelabuhan Sleko. Di pelabuhan ini terlihat ada beberapa kapal berukuran besar dan menengah yang sedang bersandar. Pemandu memberi penjelasan mengenai kapal-kapal tersebut. Ada kapal bunker yang mengangkut batu bara, lalu ada kapal tanker milik Pertamina, juga ada kapal berukuran lebih kecil yang berfungsi sebagai kapal penarik (tug boat). Di perairan yang dangkal, mesin kapal besar dimatikan lalu tug boat bertugas menarik kapal besar tersebut sampai ke pelabuhan. Sebagai orang yang tinggal dan dibesarkan di tempat yang jauh dari laut dan kawasan pantai, saya cukup terkesima melihat betapa besarnya kapal tanker dan kapal bunker yang saya lihat malam itu.
Si Bocah menikmati sekali acara tur kapal ini |
Kapal melaju dengan kecepatan sedang di atas perairan Segara Anakan yang tenang. Pemandu kami kembali menjelaskan aneka informasi yang berkaitan dengan pelabuhan, pesisir Cilacap, Pulau Nusakambangan, dsb. Banyak hal menarik yang saya dengar malam itu. Dari cerita pemandu saya jadi tahu kalau pelabuhan Cilacap memiliki peran strategis di selatan Jawa. Impor sapi dari Australia masuk ke Indonesia ternyata melalui pelabuhan Tanjung Intan Cilacap. Berbagai industri penting seperti minyak (Pertamina) dan semen (PT. Holcim Indonesia) yang ada di wilayah Cilacap juga memanfaatkan pelabuhan di Cilacap untuk arus keluar masuk bahan baku dan distribusi produknya. Dari segi pertahanan militer, Cilacap juga dianggap memiliki peran strategis. Maka tak heran bila TNI acapkali menggelar latihan militer di Cilacap. Saya jadi ingat waktu zaman SMA dulu, saya pernah ikut bapak saya dinas ke Cilacap untuk melihat latihan pendaratan pasukan di pantai Teluk Penyu.
Cilacap memiliki beberapa pelabuhan dengan fungsi yang berbeda-beda. Ada Pelabuhan Tanjung Intan yang merupakan pelabuhan besar tempat berlabuh kapal-kapal besar, lalu ada Pelabuhan Sleko yang terutama digunakan sebagai pelabuhan penyeberangan ke Kampung Laut, dan Pelabuhan Wijayapura yang khusus digunakan oleh kapal menuju lapas Nusakambangan. Saat kapal kami mendekati Pulau Nusakambangan, pemandu juga menjelaskan mengenai pulau yang terkenal sebagai lokasi lapas untuk narapidana kelas berat ini. Beberapa hukuman mati pernah dilaksanakan di lapas Nusakambangan. Setiap hari ada kapal milik Departemen Kehakiman yang bolak-balik Cilacap-Nusakambangan untuk mengangkut pegawai lapas pergi dan pulang kerja, dan juga untuk angkutan bahan logistik. Rute kapal ini hanya khusus dari Pelabuhan Wijayapura di Cilacap menuju Pelabuhan Sodong di Nusakambangan, dan sebaliknya.
Suasana sore hari di Pelabuhan Sleko |
Sayangnya, karena malam hari jadi daratan Nusakambangan tidak terlihat jelas. Kalau kata si PakSu, pantai di Nusakambangan bagus-bagus dan pasirnya putih. Kabarnya wisatawan diijinkan berwisata ke Nusakambangan di akhir pekan, karena memang ada beberapa obyek wisata di sana, berupa gua-gua dan pantai yang kata si PakSu bagus itu. Saya sebenarnya sudah lama berkeinginan mengunjungi pantai di Nusakambangan, tapi belum kesampean juga. Padahal kalau diingat-ingat ini sudah kali keempat saya ke Cilacap. Hadeh.
Menjauhi area Nusakambangan, kapal kami kembali menyusuri Segara Anakan dan kali ini menuju area kilang minyak Pertamina Refinery Unit IV. Menurut teman kami, inilah puncak tur wisata kapal ini. Kilang minyak Pertamina yang di malam hari nampak gemerlap terang benderang ini terlihat indah sekali dipandang dari arah lautan. Dari kejauhan sudah mulai terlihat kelap-kelip lampu di kilang minyak tersebut, dan kami pun bersiap-siap mengabadikan keindahannya. Untungnya para penumpang kapal malam itu cukup tertib dan mengingat dengan baik pesan awak kapal pada saat bertolak dari Pelabuhan Sleko. Hanya satu dua orang saja yang berpindah-pindah tempat duduk, mencari tempat strategis untuk memotret. Sebenarnya tanpa berpindah tempat duduk pun masing-masing sisi akan mendapat kesempatan yang sama untuk memotret. Ya, karena kapal berputar di area ini sehingga penumpang di sisi kanan dan kiri kapal akan mendapat jatah kesempatan yang sama.
Tangki gas LPG, berbentuk bola raksasa. |
Kompleks kilang minyak Pertamina Cilacap |
Bagian paling terang benderang dari kompleks kilang minyak Pertamina Cilacap |
Akhirnya tur kami pun berakhir. Kapal merapat di Pelabuhan Sleko setelah 2 jam membawa kami berkeliling. Sungguh sebuah pengalaman baru yang menyenangkan buat saya. Sedikit saran saja untuk pihak pengelola, bangku kapal sebaiknya diganti dengan bahan yang empuk. Duduk di bangku besi selama 2 jam itu cukup menyiksa, menurut saya. Kabarnya malah ada tur 4 jam dengan kapal yang sama, dengan rute sampai ke Kampung Laut. Duh, saya sih nggak kebayang kalau harus naik kapal itu selama 4 jam dengan bangku berbahan besi seperti sekarang. Lha wong 2 jam saja sudah bikin pinggang sakit dan pantat tepos. Hahaha. Semoga ke depannya pihak pengelola bisa lebih memperhatikan dan memperbaiki servisnya. Sayang kalau tidak diperbaiki, karena turnya sendiri sudah sangat bagus :)
- arry -
Wisata Kapal
KM Jaya Sakti
Kios Parkiran Pelabuhan Sleko,
Jl. Jend. Sudirman, Cilacap.
HP : 081398188626, 081228814058
28 komentar
Cantiiiik... Pengen juga kesana tapi saya suka nggak tahan sama angin malam. Bikin meriang di badan saya.
BalasHapusMungkin bisa dicoba minum tolak angin dulu dan pakai jaket sebelum ikut turnya, mbak :)
HapusWah seru, pengen ke sana dan ikut tournya, tapi kalo naik kapal kok sya ngerasa agak-agak gimana gitu ya, serreeemmm...
BalasHapusSeru kok mbak, gak serem. Hihi. Ini kapalnya agak gede mbak, kapasitas 80 penumpang.
Hapusmba arry ga ajak-ajak aku, kan aku jadi pengen ke sana juga
BalasHapusCusss mbak, pesen tiket KA Wijayakusuma ato pesen bus Efisiensi. Hihi
HapusJadi ingat waktu dulu, jalan-jalan sama ibu dan bapak naik kapal malah mabok. Gak kuat lihat air yang bergerak-gerak. Tapi, gak tahu kalau sekarang belum pernah nyoba lagi :D
BalasHapusKalo ikut tur ini gak akan keliatan airnya mbak, soale malem. Hehe
HapusIyaa nusa kambangan pantainya bagus banget, tapi itu yg lokasinya dibalik pulau, bukan yg berseberangan dengan cilacap, jadi harus muterin pulau dulu atau jalan kaki menyusuri pulau, peeeel hahaha :))
BalasHapusBerarti harus latihan olah fisik dulu ya sebelum ke pantainya Nusakambangan. Noted.
HapusAku terpesona sama foto fotonyaaaaa, kerennnn makk ❤️❤️❤️❤️
BalasHapusMakasih, mbak inna :*)
Hapuswaah baru tau ada wisata yang seperti ini di cilacap, jadi pengen naik kapal juga rasanya. keren ya kaya lagi menyusuri sungai nil... bahkan tangki gas LPG aja keliatan instagramable huhu emesh
BalasHapusTapi sayangnya kita gak boleh masuk ke situ mbak. Yakali, itu kan area kilang minyak, bukan tempat wisata. Bahaya kalo dimasukin sembarang orang. Qiqiqiqi
HapusWihhh pengenn nyobain naik kapal juga, seruww banget ini mbak
BalasHapusCobain mbak, seru deh. Jamin. :D
HapusWah, petualangannya seru... Harga tiket juga terjangkau ya mb, 2 jam 30rb. Tapi konsekwen sinya bangkunya keras n bikin pantat tepos.. Hihi.. Mungkin kl bangkunya empuk harga tiketnya jadi berubah ga 30rb lagi.. 😁
BalasHapusLebih mahal dikit gpp mbak, asal bangkunya empuk. Mahalan dikiiiiitttt aja lah ya, jangan banyak2. Hahaha
HapusYa ampun mbak. Suasananya syahdu banget yaaa 😍 foto2na bikin mupeng .. smga suatu saat nanti menikmati juga
BalasHapusCusss mbak, ke Cilacap :D
HapusMbak, knp sih kegiatanmu sm misua sll seru bngt.. mulai dr extreme naik sepeda smp naik kapal.. wkkwk q tggu critamu utk down hill?berani?
BalasHapusWegah mbak nek downhill, eman2 jidatku. Takut nyium pohon ini jidat. Wkwkwkwk
HapusAku ke cilapop malah ga kemana2, blm baca blog ini soalnya. Siap noted banyak t4 kl ke cilapop lagi ya mba.
BalasHapusSip, manda ;)
HapusUwiiiih mau coba juga ah kalo ke Cilacap. Walau konsekuensinya bikin pantat tepos, tapi seneng juga bisa nonton pemandangan yg kayak gitu
BalasHapusSemoga nanti pas mbak ifa ke sana dan ikut turnya, kursi di kapalnya udah empuk jadi gak bikin pantat tepos. Hehe
HapusDulu pas aku SD, pernah tur sekeluarga besar naik feri ke Nusakambangan malah, Mbak. Jadi pengen ke wisata ini deh. Makasih ya infonya.
BalasHapusWih asik mbak, naik feri segala.
HapusKomentar Anda dimoderasi. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya :)
Silakan tinggalkan pesan di kolom komentar dan saya akan membalasnya. Sering-sering berkunjung ya, untuk mengecek dan membaca artikel lainnya di blog ini. Terima kasih. Maturnuwun. Thank you. Danke.